Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 15 Maret 2013

Jadilah Drummer Mahal

Mana yang benar: membabat fill seperenambelas pada bagian menuju chorus pertama, atau lebih santai dengan fill aksen seperdelapan? Mana yang benar: memainkan karakter groove yang sama pada setiap verse lagu secara berulang-ulang atau membedakan part drum pada verse 1 & verse 2 dengan sedikit sinkopasi? Mana yang benar: bermain rapat dengan metronome atau bermain loose agar lebih berayun?
Jika pertanyaannya “Mana yang benar”, maka jawabannya: “Semuanya benar”. Karena pilihan manapun yang diambil, lagunya akan tetap menjadi sebuah lagu. Ketukan drumnya akan tetap mampu mengiringi lagu tersebut. Jika pertanyaannya “Mana yang lebih baik”, maka disini berperan “taste” masing-masing drummer dalam menjawab.
Taste” atau sebut saja gaya/karakter/kecenderungan setiap drummer akan berbeda. Tidak ada isi dua kepala yang sama persis, begitu pula “taste” para drummer. Mirip mungkin, namun tidak identik. Disinilah pembeda drummer “mahal” dan drumer “biasa-biasa saja”. Drummer yang mahal akan senantiasa merasakan kebutuhan lagu sebagai prioritas dalam menentukan aransemen part drum-nya. Ia akan memberikan sentuhan-sentuhan yang diperlukan untuk mempercantik lagu yang ia bawakan. Bisa saja beat yang dimainkan seorang drummer mahal adalah beatsuper duper simpel, namun ia membuat lagu lebih bernyawa. Coba perhatikan permainan Ari Ayunir dalam “Salah” & “Bagaikan Langit” (potret). Sulitkah beat drum pada lagu-lagu itu? Tidak. Tapi dengan beberapa penempatan fill yang unik, jelas dapat dirasakan kejelian & kreatifitas (baca: “taste”) Ari Ayunir dibelakang struktur beat drum pada lagunya.
Sementara drummer biasa-biasa saja cenderung memutuskan dengan sembrono apa yang akan ia berikan kepada lagunya. Jangan salah, urusan “taste” tidak ada hubungannya dengan teknik. Drummer berteknik tinggi yang mampu memukul 1000 not dalam 10 detik belum tentu mampu menakar / menimbang apa yang sebenarnya dibutuhkan sebuah lagu. Ibarat seorang koki mengatur resep, tugas terpenting seorang drummer adalah mengatur “nafas” lagu. Koki yang memberi terlalu banyak garam bukanlah koki yang hebat, walaupun ia mampu membuat masakan tersulit didunia sekalipun. Andai saja kita mampu mengeksekusi 4 layered ostinato dalam 2 time signature yang berbeda, lalu apakah pantas kita peragakan pada lagu-lagu acara wedding?
ringo starr
Ringo Starr
Teknik-teknik dasar memang diperlukan. Apa jadinya seorang drummer yang tidak tahu double-stroke?? Namun patut diingat, teknik hanyalah alat. Alat-alat yang dapat membantu mengeksekusi ide-ide yang ada dikepala menjadi kenyataan. Tapi ibarat memegang sebuah palu, kita bisa membangun rumah atau malah menghancurkannya. Begitu pula dengan teknik. Bersiaplah menghadapi kenyataan, bahwa drummer-drummer yang iconic tidak selalu drummer berteknik tinggi. Ringgo Star-the beatles & Bimbim Slank, saudara-saudara? Coba dengarkan Ringgo di “ticket to ride“ dan Bimbim di “Balikin”. That’s what I called iconic drumming. Kadang-kadang less is more itu benar adanya.
Maka pastikan teknik yang kita miliki menjadi alat yang membantu kita membangun lagu, bukan menghancurkannya. Sesekali boleh-lah memberi ruang khusus untuk menunjukkan apa yang kita bisa lakukan. Pilih timing & letak pada lagu yang pas, dan pastikan aransemen instrument lain mendukung jalannya “happy moment” itu. Umumnya struktur lagu yang umum adalah semakin mendekati akhir, semakin klimaks (sering dengar lagu-lagu yang drummernya menyelipkan beberapa fill-in teknikal diakhir-akhir lagu? Yeah, me too..!).
Namun ingat, bagian pamer skill hanyalah kosmetik bagi lagu yang kita bawakan. 90% audience bukanlah drummer, dan mereka tidak mengerti bagian mana yang sulit dilakukan. Bahkan drummer-drummer pada genre musik progresif atau metal sekalipun tidak serta merta membabat seluruh not yang ada. Perhatikan misalnya Mike Portnoy dalam lagu “Take The Time” (DT), Gavin Harrison dalam “Time Flies” (porcupine tree), bahkan seorang Derek Rhoddy pun tidak melulu membawakan lagu-lagunya seperti senapan mesin.
Beda halnya dalam klinik, coaching maupun jam session. Pada situasi-situasi ini sudah seharusnya para musisi menampilkan apa yang mampu mereka lakukan, karena audience memang sudah tersetting untuk menyaksikan kebolehan para performer.
Jadilah drummer mahal, pilihlah moment-moment yang pas untuk “tampil kedepan”. Jangan mengumbar semua yang kita punya dalam satu kesempatan.. Sesuatu yang spesial menjadi tidak menarik lagi ketika terlalu sering dijumpai.
Sampai jumpa di artikel selanjutnya.

0 komentar:

Posting Komentar